Sunday, March 18, 2012

Antara Penerbit Versus Pemasang Iklan2

Tidak mungkin banget kalau pembaca yang jauh letaknya harus menyempatkan waktu untuk membeli seporsi sop kaki kambing yang memerlukan transportasi dan waktu. Kalaupun ada yang berbuat nekad begitu ya mungkin cuma 1000 : 1.

Apa yang terjadi? Iklan dari si boss juragan sop kaki kambing mengalami hasil gatot alias GAGAL TOTAL. Uang habis banyak tetapi kenaikan omset kecil tidak sebanding antara pendapatan dengan pengeluaran. Hasilnya? SI BOSS MARAH-MARAH DAN NGAMUK SERTA MENUDUH SAYA TELAH MELAKUKAN PENIPUAN KARENA MENAWARINYA MEMASANG IKLAN YANG TIDAK ADA HASIL DAN MANFAATNYA.

Itu catatan sekilas dari klien pemasang iklan, sekarang saya mengulas dari POSISI SEBAGAI PUBLISHER ALIAS PENERBIT yang mempersilahkan siapa saja memasang iklan dan promosi di medianya.

Rata-rata, saya tidak berani untuk menyebut semuanya, publisher akan beranggapan bahwa KLIEN ADALAH SUMBER UANG. IKLAN ADALAH OMSET, DAN ARTINYA YA OMSET HARUS DIAMANKAN SEBAB MENYANGKUT SISI KEUANGAN PERUSAHAAN. Banyak sekali oknum publisher yang berpandangan dan mempunyai motto 'ALUGADA' artinya 'APA LU MAU, GUE ADAIN'. Soal bagaimana cara gue ya itu terserah gue yang penting bahwa kebutuhan loe bisa terpenuhi dan loe harus membayar sekian harganya atas servis layanan yang telah ane sediakan khusus buat loe.

Bingung?
Begini ...

Misalkan begini, si boss pemilik lapak jualan sop kaki kambing tadi punya dana nolimit dan ingin mempromosikan dagangannya agar omset meningkat. Nah si boss pengin pasang iklan di media yang segmented. Saya sudah menjelaskan bla bla bla soal media segmented begini begitu. Tapi apa, si boss pengin iklannya di pasang di media yang khusus mengulas 'IBU, BAYI DAN BALITA' dengan alasan bahwa si ibu yang membaca iklan itu pasti membeli sop kaki kambingnya dengan mengajak (minimal) si bapak yang artinya ada minimal penambahan 2 konsumen baru di warungnya.

Alasan si boss tadi tidak salah tetapi kurang sesuai. Mungkin saja hal itu terjadi tetapi ya harus dilihat dan diukur berapa prosentasi penjualannya. Tapi, si boss tetap ngotot, "He, tong! Ini duit ane, mo dibakar atau dipakai bayar iklan ya itu urusan ane. Loe kagak usah rewel deh, kerja aja seperti yang ane minta!"

Akhirnya, ya ane terpaksa mengikuti kemauan si boss itu walau terus terang agak-agak gimana getoo. Nah, parahnya lagi, si marketing media tersebut juga menerima iklan apapun walau tidak sesuai dengan konsep, isi, visi dan misi medianya.

Katanya, "OK, ente tenang aje bro. Ane jamin nanti ane kasih layanan istimewa buat klien ente. Media ane selalu siap sedia mengikuti apa permintaan klien yang punya duit dan tentu saja mau bayar iklan. Ane bikin rubrik khusus buat klien ente deh, harganya cincay begini begitu."

Sial! Oknum media itu menerima iklan yang saya kasih dan membuat liputan khusus untuk menayangkan iklan sop kaki kambing. Misalkan, ini contoh saja, ada tulisan dengan judul :

- Apakah anda tahu bahwa sop kaki kambing juga bagus untuk balita anda?
- Rutin mengkonsumsi Sop kaki kambing maka balita anda akan menjadi cerdas.
- Dan lain-lain yang penting ada senggolan dengan kata kunci sop kaki kambing

Nah... Loe! Parah banget kan?
Ini sering terjadi pada blogger komunitas Internet Marketing yang selalu mengejar HPK (High Paying Keyword) dan mengabaikan isi kontennya sehingga nekad memasukkan kata kunci yang jauh hubungannya dengan artikel.

Dalam teknik seo ada ungkapan selip-menyelip yaitu memasukkan 1-2-3 keywords yang tidak relefan dengan artikel agar ikut ke index Google sehingga diharapkan ada tambahan trafik kunjungan dari kata kunci tersebut.

Lalu, apa yang terjadi dengan iklan si boss sop kaki kambing?
Lagi-lagi menemui 'GATOT' alias 'GAGAL TOTAL' karena ibu-ibu yang menjadi pembaca media itu ya menolak mentah-mentah ide aneh tersebut kalaupun ada yang nekad memberikan menu kuliner itu pada balitanya ya sedikit banget jumlahnya. Jadi kembali si boss ngomel-ngomel alias marah-marah dan menuduh saya melakukan tindak pidana penipuan karena sudah membuatmya membayar mahal untuk iklan yang tidak berguna.

[bersambung]

----------------
Baca yang ini :
Antara Penerbit Versus Pemasang Iklan 1

No comments:

Post a Comment